Berbagai, spanduk, baleho, pamflet, brosur hingga kalender bahkan status dibaranda media sosial pun sudah mulai memenuhi ruang ruang publik dengan segala program, ide serta gagasan dan janji-janji para calon yang akan berkontestasi di ajang pemilu yang sebentar lagi akan diselenggarakan.
Politik sendiri secara sederhana bermakna sebagai suatu keinginan dengan rancangan strategi untuk memperoleh sebuah tujuan.
Dalam perjalanan nya dengan begitu banyak nya partai politik membuat para calon peserta pemilu itu sendiri memainkan berbagai peran untuk meraih suara dari rakyat.
Trik dan intrik, bisa saja di gunakan sebagai suatu cara untuk meraih hati para pemilih di tatanan grassroot atau akar rumput.
Tidak jarang para calon peserta pemilu mulai dari pemilihan kepala daerah setingkat Legisatif-Bupati-Gubernur hingga Presiden akan memberikan angin segar bak seorang pahlawan yang ingin menawarkan perubahan pada negeri ini.
Tentu saja hal itu bukan lah sesuatu yang salah, masyarakat sungguh benar-benar berharap suara mereka yang notabene nya adalah suara Tuhan bukan saja untuk di dengar, namun juga wajib diimplementasikan oleh para pemimpin yang kelak terpilih oleh konstituen masing-masing, sebagai bentuk dari perpanjangan tangan yang telah di amanatkan rakyat kepadanya.
Sedikit ironis memang terkadang begitu mereka sudah terpilih, banyak rakyat kecewa. Semua janji yang di ucapkan, visi misi yang di gembar gemborkan ternyata hanyalah retorika belaka. Semua perlahan tenggelam seiring berjalan nya waktu.
Lalu apakah kemudian rakyat masih percaya? sudah pasti masyarakat tetap percaya. Karena kita berkiblat pada sistem demokrasi, namun mereka mempunyai catatan khusus dalam relung hatinya, karena bagi mereka pengalaman adalah sesuatu yang sangat berharga untuk di lupakan.
Di era keterbukaan saat ini teknologi berbasis informasi sudah mendominasi mulai dari pelosok desa hingga ke pusat kota sekalipun, bahkan semua jenis informasi yang di inginkan oleh para pemilih berada di ujung jari.
Rakyat sudah melek teknologi, mereka sudah tentu sangat bisa menentukan mana calon yang berkualitas dan mana calon yang hanya ingin mengecewakan mereka kembali dengan segala janji dan beribu argumentasi.
Walaupun demikian barangkali masih saja ada sebagian kecil di antara para pemilih yang mungkin saja cinta buta terhadap calon yang di usung nya, karena ada kepentingan secara finansial atau janji-janji untuk menduduki sebuah jabatan yang strategis atau hanya sebatas aktualisasi diri ketika jagoan yang di usungnya nanti bisa memenangkan kontestasi tersebut.
Bagi mereka yang memiliki kantong tebal, tentu akan menggunakan segala sumber daya mulai dari menyiapkan konsultan politik, konsultan komunikasi,bahkan hingga konsultan strategi untuk merumuskan rencana dan langkah strategis apa yang akan di ambil agar bisa memenangkan pemilu tersebut.
Namun kembali lagi rakyat sudah bukan objek yang bisa di rayu ataupun di iming-imingi dengan janji manis apalagi politik uang. Mereka sudah banyak makan asam garam selama beberapa dekade.
Itulah yang kemudian menjadi tolak ukur mereka untuk memutuskan siapa yang bisa di percaya untuk mewakili suara mereka.
Bagi para kontestan peserta pemilu, dinamika yang akan di hadapi pada pemilu yang akan datang bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa di menangkan karena pola nya sudah tidak sama seperti tahun-tahun sebelum nya.
Mereka yang memiliki team dengan akselerasi tajam serta mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni, akan dengan lebih mudah membaca signal di akar rumput secara dinamis dan dengan itu pula mereka akan mengambil langkah-langkah strategis sesuai dengan kondisi yang terjadi secara riil di lapangan.
Para team sukses di lapangan akan memetakan strategi pemilih berdasarkan segmen.
Di mulai dari pemilih pemula, pemilih muda atau millenial, pemilih intelektual, pemilih berdasarkan kelompok atau gender, pemilih dengan latar belakang tradisi atau budaya hingga pemilih yang didasarkan atas pendidikan rata rata.
Semua poin -poin tersebut akan di jadikan pertimbangan yang kemudian di akumulasi untuk memutuskan langkah dan strategi apa yang akan di ambil sesuai dengan segmentasi para pemilih untuk dapat di raih suaranya.
Sebagai bangsa yang peduli dan sadar akan penting nya pemilu untuk memilih putra dan putri terbaik bangsa ini, kita berharap kontestasi yang akan di laksanakan 5 tahun sekali ini bisa berjalan dengan jujur dan adil serta aman dan damai tanpa harus melihat suku agama ras dan golongan.
Sebab siapapun dia, dari suku apapun mereka dan berbagai latar belakang apapun juga berhak untuk memilih dan di pilih sesuai dengan amanat konstitusi negeri ini.
Sepanjang gagasan dan ide yang mereka gaungkan dapat dengan sungguh-sungguh untuk di realisasikan agar negeri ini bisa terus bangkit dan bertumbuh ke arah yang lebih baik lagi. (Fitra Andriyan)