RIAUTODAYS, RETEH - Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), masih menghadapi tantangan serius terkait stunting, meskipun sejumlah kemajuan telah dicapai. Stunting, yang merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis, berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak.
Fenomena ini terutama disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada masa krusial 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) – mulai dari kehamilan hingga anak berusia 2 tahun.
Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil telah memfokuskan intervensi penurunan angka stunting pada periode 1000 HPK melalui rembuk stunting yang dilakukan sejak 2021.
Dalam rembuk tersebut, 40 Desa/Kelurahan ditetapkan sebagai lokasi fokus (lokus) untuk program tahun 2022. Rembuk stunting ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan spesifik di setiap desa dan mencari solusi yang tepat.
Data prevalensi stunting di Kecamatan Reteh untuk tahun 2022 hingga 2024 menunjukkan adanya upaya berkelanjutan dalam penurunan kasus. Meski demikian, tantangan masih tetap ada, terutama terkait faktor-faktor penyebab stunting yang bersifat multidimensi, seperti sanitasi yang buruk, akses terhadap air bersih, dan pola pemberian makan yang tidak tepat.
Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil beserta jajaran terus mendorong upaya kolaboratif antara masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha dalam mengatasi permasalahan ini.
Keberhasilan intervensi stunting sangat bergantung pada konvergensi program dan sinergi berbagai pihak, terutama dalam memaksimalkan pemberian gizi dan perbaikan pola hidup sehat selama masa 1000 HPK.
Dengan fokus yang kuat pada pencegahan dini, diharapkan prevalensi stunting di Kecamatan Reteh terus menurun, memberikan harapan bagi generasi mendatang untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.