RIAUTODAYS, Inhil – Banjir besar yang melanda Desa Kuala Sebatu, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, semakin meresahkan warga setempat, terutama para petani dan pekebun yang terancam kehilangan mata pencaharian.
Bencana yang datang ini menyisakan kesedihan mendalam, terutama bagi mereka yang baru saja menanam padi dan berharap hasil panen yang melimpah.
Pada Jum'at (14/3/2025), pemerintah Desa Kuala Sebatu mengadakan rapat terbuka di aula desa untuk mencari solusi atas permasalahan ini.
Hadir dalam pertemuan tersebut, warga yang sebagian besar merupakan petani, mengungkapkan dugaan bahwa banjir kali ini dipicu oleh aliran air yang datang dari sungai Batang Tuaka yang meluap dan kian tidak terkendali.
Mereka meyakini bahwa luapan tersebut berasal dari luapan air dari PT SAGM, perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut, menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk keadaan.
Menurut warga, sekitar 50 persen air yang mengalir ke sungai Batang Tuaka disebabkan oleh saluran air yang dibuka oleh perusahaan, yang kini menjadi pemicu utama banjir besar yang merendam pemukiman dan lahan pertanian mereka.
Tak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat, banjir ini juga mengancam ketahanan pangan desa yang selama ini bergantung pada sektor pertanian.
Sejumlah petani di Dusun Panglima mengungkapkan kekecewaan yang mendalam.
Mereka baru saja menanam padi, namun kini hasil jerih payah tersebut tenggelam dalam air banjir yang meluap.
Tak hanya itu, lima rumah warga juga terendam, menghancurkan harta benda dan usaha mereka yang sudah susah payah dibangun.
“Bibit padi yang baru saja kami tanam, kini tenggelam. Semua harapan kami hilang begitu saja. Kami juga terpaksa melihat rumah kami terendam, dan kami merasa seperti tak ada yang peduli,” keluh salah satu warga.
Dalam rapat tersebut, Ketua BPD Kuala Sebatu menegaskan pentingnya langkah segera dari pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan ini, termasuk normalisasi sungai Batang Tuaka yang sudah semakin dangkal.
Menurutnya, lebih dari 1200 hektar lebih lahan pertanian terancam gagal panen, dan tanpa penanganan cepat, hal ini akan berdampak panjang bagi ekonomi desa.
Meskipun telah ada upaya membuka jalur di parit 10 dan 11 desa Sialang untuk mengalirkan air, namun hal itu belum membuahkan hasil maksimal karena berada di wilayah desa lain yang sulit dikontrol.
Dalam kesempatan ini, warga juga mengingatkan serta menuntut kembali janji PT SAGM yang telah disampaikan saat hearing di DPRD beberapa tahun lalu untuk menyelesaikan masalah banjir ini. Namun, hingga kini, janji tersebut belum ada realisasinya.
“Janji itu hanya tinggal janji. Sampai sekarang tidak ada solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir ini. Kami hanya berharap PT SAGM segera menutup saluran air yang mengarah ke Batang Tuaka dan mencari solusi yang lebih baik,” tegas seorang warga yang terdampak.
Bagi warga Desa Kuala Sebatu, waktu sangatlah krusial. Jika masalah ini tidak segera diatasi, bukan hanya pertanian yang terancam hancur, namun juga masa depan mereka yang semakin gelap.
Harapan mereka kini tertuju pada aksi nyata dari perusahaan dan pemerintah untuk menyelesaikan bencana ini dan menyelamatkan tanah air mereka yang selama ini menjadi tumpuan hidup.
Sementara itu, pihak pemerintah Desa, melalui Kades Kuala Sebatu, telah melakukan upaya penanganan pencegahan jangka pendek, dengan mengumpulkan warga untuk kedepannya melakukan pembersihan-pembersihan parit.
"Dalam rapat yang dilaksanakan, kami bersama warga telah menyepakati untuk melaksanakan pembersihan parit dalam mengatasi banjir ini, sebagai langkah jangka pendek, mengurangi permasalahan," ujar Kades Kuala Sebatu, Ns. Budi Wibowo, S.Kep.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak PT SAGM belum dapat dihubungi, untuk mempertanyakan tangung jawabnya kepada masyarakat di wilayah tempat mereka melakukan kegiatan usaha, yang seharusnya kehadiran mereka diwilayah tersebut dapat memberikan kesejahteraan masyarakat sekitar.